jam

poto

poto

Rabu, 21 September 2011

SEJARAH KEPULAUAN SELAYAR

Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi-Selatan, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kota Benteng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 903,35 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 100.000 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan suatu kabupaten yang mempunyai beberapa kecamatan yang dipisahkan oleh lautan.

Letak GeografisKabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu Kabupaten diantara 24 Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung selatan dan memanjang dari Utara ke Selatan. Daerah ini memiliki kekhususan, yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi Selatan dan lebih dari itu wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari gugusan beberapa pulau sehingga merupakan wilayah kepulauan.
Gugusan pulau-pulau yang berjumlah 123 buah baik pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Utara ke Selatan. Luas wilayah Kabupaten Selayar tercatat 1.188,28 km persegi, wilayah daratan (5,23%) dan 21.138,41 km2 (94,68%) wilayah lautan, yang diukur 4 (empat) mil keluar pada saat air surut terhadap pulau-pulau terluar.

SEJARAH ISLAM DI SULAWESI

Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.

Jumat, 25 Februari 2011

CERITA LUCU ^^

DISURUH MEMBELI SARDEN
Suatu hari ada pesta besar di sebuah desa di pegunungan Gunung Putri, bibi Wati dan keponakannya diundang datang dalam acara tersebut, mereka berjalan dari tempat tinggalnya sekitar 5 Km karena mereka tinggal di ladang yang jauh dari keramaian dan menyeberangi sungai yang dalamnya sekitar setengah meter.
Sesampainya di pesta mereka menikmati makanan (sarden) dan baru kali ini mereka menemui dan mereka malu bertanya apa nama makanan ini.
Setelah pulang mereka berbincang-bincang tentang makanan tersebut dan bibi Wati meminta keponakannya untuk kembai ke desa untuk membeli makanan tersebut (sarden). Berangkatlah keponakannya ini dengan berjalan sejauh 5 Km dan menyeberangi sungai, namun sesampainya di sebuah toko sang keponakan bingung saat menanyakan nama makanan yang akan dibelinya dan penjaga toko pun bingung.
Dengan lesu si keponakan tersebut kembali ke ladang dan menanyakan kepada bibi Wati nama nakanan tersebut, bibi Wati pun bingung, dia sendiri tak tahu nama makanan tersebut sambil mengingat rasa dan bau makanan tersebut.
Bibi Wati memanggil keponakannya dan meraih jari tangan keponakannya dan dimasukan ke celana dalamnya sambil berkata kalau nanti penjaga toko tanya nama makanannya cukum mencium jari tangan saja.
Lalu sang keponakan segera pergi ke desa kembali dengan mengangkat tangan sambil menyeberangi sungai, karena takut kalau sampai tangannya terkena air maka hilanglah bau dari celana dalam bibi Wati tadi.
Sesampainya di toko keponakan bibi Wati langsung menuju penjaga toko, “Pak tadi saya mau beli ini (dengan memberikan jari tangannya kehidung penjaga toko)”
Penjaga Toko: “Ini sih bau Sarden busuk!!!!!”